Sabtu, 06 Desember 2008

Chapter I Who Am I

Chapter I
Who Am I


Yang bisa kugali dari ingatan terdalamku adalah udara dingin yang menusuk hingga ke tulang-tulangku. Aku terbangun karena rasa dingin itu. Aku menemukan diriku di tengah sebuah dermaga di malam hari. Aku tidak mengenakan busana sama sekali. Suara ombak memecah terdengar di depanku. Aku bisa melihat lampu-lampu kota metropolitan gemerlap dan indah di kejauhan. Di belakangku terdapat kontainer-kontainer raksasa yang disusun berjajar. Di tempatku sendiri hanya diterangi cahaya lampu yang remang-remang.

Aku mencoba untuk beranjak berdiri. Saat itu sadar tubuhku penuh dengan noda darah yang masih segar. Aku merasa seluruh badanku terasa sakit dan memar di sana-sini. Namun rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa sakit di kepalaku ketika aku mulai mencoba mengingat bagaimana aku bisa berada di sini. Secara spontan aku memegang kepalaku dan berteriak tertahan karena rasa sakit yang luar biasa itu. Aku kembali tersungkur dan berusaha menenangkan diri dan nafasku.

Saat itu angin begitu kencang. Walaupun aku sudah meringkuk dan membungkukkan badanku sebisa mungkin, namun itu tetap tidak bisa menghangatkan diriku sedikitpun. Sebuah lembaran surat kabar yang lusuh tertiup angin dan menampar wajahku. Aku mengambilnya dan tulisan pertama yang kubaca adalah tanggal yang tertera di bagian atas surat kabar itu; 12 Januari 2006.

Sebelum aku bisa mendapat lebih banyak informasi dari surat kabar itu, tiba-tiba aku mendengar suara-suara orang dari kejauhan. Secara naluriah aku tidak ingin terlihat oleh mereka. Aku kembali berusaha beranjak berdiri untuk kedua kalinya karena posisiku saat itu tidak begitu menguntungkan; aku berada tepat di bawah cahaya lampu yang paling dekat denganku. Dengan berjalan tertatih-tatih, aku berjalan menuju pinggiran dermaga. Suara pecahan ombak semakin keras terdengar. Tepat di pinggiran dermaga aku terduduk dan melihat ke belakang.

Tidak ada komentar: